Category Archives: cerita

Nestapa Seorang Perancang Grafis

Hari itu begitu mendung, rintik-rintik hujan yang membasahi jalanan Ciputat hingga jalan Jendral Sudirman membuat mood berantakan. Belum lagi pikiran-pikiran soal masa depan dan kurangnya keuangan, aku melajukan motorku dengan nestapa di dada, mengkristal, berharap tidak meledak di tempat dan waktu yang kurang tepat.

Januari 2023, semua hal yang kurasa baik-baik saja, mulai bergeser, aku merasa terlambat, merasa kemana-saja-kemarin-kemarin, merasa kurang, dan merasa ketakutan luar biasa.

12 tahun, 12 tahun aku percaya bahwa menjadi seorang perancang grafis yang mengandalkan keluarga besar Adobe bisa membuat kaya-raya, naif memang, tapi apa tidak boleh seorang bocah tua berharap? Tentu saja boleh lah. Aku masih berharap bahwa semesta akan memberikan sebuah proyek luar biasa yang bernilai milyaran hingga triliunan rupiah yang akan merubah hidupku dan hidup keluargaku, menjadikanku seorang perancang grafis unggulan yang bisa dibanggakan, mencetak sebuah proyek rancangan yang biasa-biasa aja namun viral karena harganya yang fantastis. Begitulah aku berkhayal menghibur diri, saat kenyataan di depan mata malahan terjadi sebaliknya, semua proyek yang masuk ke hidupku, baik itu rancangan logo, maskot, brosur, ilustrasi, ataupun video animasi bergerak sekalipun, tidak pernah bisa mencapai angka diatas 500.000, bahkan untuk beberapa orang yang datang kepadaku untuk memesan layanan rancangan grafis, merasa bahwa 500.000 itu sudah terlalu mahal untuk rancangan sebuah logo. Menyedihkan, namun aku tidak menyalahkan mereka, tidak menyalahkan siapapun, mungkin memang begini sudah takdirnya.

Januari 2023, 7 tahun setelah menginjak kepala tiga, aku tersadar bahwa aku sudah terlampau jauh larut dalam harapan, khayalan, dan imaji semu, merasa keren padahal di setiap tempat kerja-ku, seorang perancang grafis adalah profesi paling bontot yang dianggap cuma sebagai operator belaka, tidak diizinkan punya ide dan konsep, hanya mengikuti maunya manajer atau direktur yang bahkan pengetahuan font-nya hanya sampai calibiri dan times new roman, segitu katroknya pengetahuan dan kemampuan kreatif mereka, yang ketika minta rancangan cuma bisa bilang “bikin aja yang penting eye cathcy Ru! terserah lu lah gimana”.

Keputusanku di awal tahun ini sudah bulat, akan aku tinggalkan segala bentuk profesionalitas perancangan grafis yang manggunakan perangkat lunak Adobe dan keluarga besarnya, harapan sudah pupus, mimpi tinggallah mimpi, sebongkah bangkai sisa-sisa harapan masa muda, yang tidak lagi bisa diharapkan. Pada akhirnya, aku bukan menyerah, tapi aku tersadar, bahwa aku tidak sendirian menjalani hidup ini, aku berhenti egois dan mulai peduli kepada orang-orang dekat.

Tagged , ,

Sebuah Perenungan

Kalo gue sih, insyaAllah ya, ngga pengen jadi bapak bapak yang pake baju rapih, rambut klimis, naik camry atau alphard dengan supir berseragam trus berenti depan lobby gedung, naik lift VIP dengan jadwal meeting seabrek abrek.
i’m a simple man, gue pengen jadi tua di sebuah rumah megah ditengah tengah peternakan dan perkebunan milik sendiri dengan ragam macam binatang termasuk serigala, harimau, kuda nil, you name it lah, dari yang langka sampai yang bermanfaat bagi ummat, rambut gondrong berkaus oblong, jalanin hidup dengan berkuda, memancing di danau buatan samping rumah, ngobrol seputar hidup dan tauhid sama anak cucu, lepas dari semua penat nya dokumen dan taik kucing meeting-meeting ngga penting. Berhenti jadi manusia bertopeng yang harus selalu muasin pemilik modal 24/7, bisa jalani hidup dengan cara gue sendiri dan menjadi bermanfaat buat orang-orang terdekat.
“I want to be rich, dead rich! so i can live my life in my terms, because that’s the point of being alive, aint it?”

Kita Tidak Akan Pernah Tahu

Beberapa bulan lalu, waktu sepeda masih menjadi sebuah kendaraan roda dua biasa-biasa saja yang hanya diminati oleh bocah-bocah cilik, gue bersama dengan anak tertua gue pernah mendatangi sebuah bengkel sepeda dekat rumah untuk betulin ban, bengkel sepeda itu standar seperti bengkel pada umumnya, banyak sepeda secondhand berjejer di depan bengkel dan beberapa sepeda baru yang sudah mulai usang di dalam bengkel yang remang-remang kurang pencahayaan, dalam hati gue membatin,
“Ya Allah, ini orang gimana balik modalnya? gimana bertahannya? sementara sekarang siapa sih yang masih getol main sepeda? yah, sekalipun ada paling cuma beberapa dan ga jauh di bintaro sana ada rodalink, ada specialized…”
Dalam lamunan dan pertanyaan-pertanyaan itu gue bersyukur atas keadaan gua.
Lalu muncullah pandemic di bulan Maret, beberapa kali lewat bengkel itu sempet tutup, mungkin karena protokol, tapi semalem, semalem bengkel itu terang, rame sama orang-orang, sudah setengah sepuluh malam, dia masih buka dan melayani, tidak seperti 4 bulan lalu, sungguh disitu gua yang cuma lewat kepikiran,
“MasyaAllah, emang rezeki ga ada yang tahu, siapa sangka sekarang sepeda jadi trend gila-gilaan ga yang kaya, miskin, maupun menengah, semua pake sepeda, dan yang lebih gilanya lagi, sparepart yang 4 bulan lalu cuma 200ribuan, sekarang bisa sampe 500 ribu, makan cuan kali yah para pemilik bengkel sepeda”
Begitulah Allah selalu sebarkan hikmah ditengah musibah, siapa sangka, dari pandemi ini justru ada aja sumber-sumber rezeki baru yang ngga disangka-sangka…

Harus Bisa Semua

Di luar negeri ada profesi yang masing-masing punya gaji sendiri-sendiri yaitu:
  • UI Designer,
  • Graphic Designer,
  • Motion Designer,
  • Video Editor,
  • Product Designer,
  • Visualizer,
  • 3D Artist,
  • Illustrator,
  • yeah you f***ing name it!

Di Jakarta. Perusahan meng-interview seorang kandidat dengan syarat bisa: semua hal diatas!, software nya? beli sendiri (“soalnya kita bukan perusahaan yang berbasis desain Mas-HRD every f***ing company), gaji buat satu profesi, dan laptop windows second hand warisan pegawai sebelumnya dari divisi admin finance, yang kesehariannya cuma buka excel sama word, itu aja sering error, harapan perusahaan? “Coba bikinin motion kayak gini deh” *sambil nunjukkin video toy story 1* “deadline nanti sore bisa yah? soalnya besok pagi mau dipake presentasi sama BOD”…

Tagged , , , , ,

Graphic Designer – Sebuah Profesi

“Kan cuma gambar doang”

“Yaudah, ambil aja dari google lah”

“Ini kok pecah ya gambarnya? bisa tolong diedit ngga biar ngga pecah?” *disaat gambar yang dikasih adalah thumbnail image 25X25 pixel dengan resolusi 72 Dpi dan pengen dijadiin image buat backdrop dengan ukuran 4X4 meter…well…i don’t know, langsung ngerasa beloon banget, 10 tahun nge-design tapi ngga bisa ngerubah image 25X25 pixel jadi ngga pecah di backdrop 4X4 meter*

Dan masih banyak lagi celetukan-celetukan soal design yang cukup menyakitkan dan menyinggung, semuanya adalah karena ketidak-mengertian beberapa orang terhadap profesi ini, yak betul profesi! nge-design yang menurut kalian (yang tidak mengerti) “asik”, “cuma gambar-gambar doang”, “cuma gitu doang” itu sebenernya profesi loh! serius deh, ada diluar sana cukup banyak orang yang hidup dan menghidupi keluarganya dengan melakukan perbuatan yang jarang sekali kalian hargai ini.

Dan sebagai informasi, seorang desainer grafis itu ngga “cuma” ngegambar doang loh, ada proses yang namanya brainstorming, sketching, mind mapping, sebuah proses cukup panjang dan menyita pikiran tentang bagaimana sebuah gambar itu bisa berkomunikasi dengan baik, tentang bagaimana sebuah gambar itu dapat dimaknai dan diartikan dari tiap-tiap garis dan bentuknya supaya menjadi satu kesatuan identitas yang utuh. Yang lebih hebatnya lagi, kami ini ngga cuma gambar-gambar doang, kami membuatnya dengan perhitungan dan presisi, biasanya kami gunakan golden ratio (rumus fibonacci).

Gue pernah mendengar seorang CEO berkata kepada Head Marketing-nya “yaudahlah, kan cuma gambar doang”, serius itu sangat menyakitkan dan sama sekali ngga relevan dengan kenyataan, kenapa? karena CEO itu memimpin sebuah perusahaan retail yang notabene-nya, butuh banget banyak material design, dari mulai flyer, poster, brosur, website, social media, gimmick, banner, baliho, dan sebaginya dan sebagainya, trus dia dengan entengnya, sombongnya, dan ketidak mengertiannya berani bilang “kan cuma gambar doang” dia ga sadar kalo team sales-nya setiap hari jerit-jerit minta design flyer, minta design poster, minta design gimmick, buat apa? buat alat jualan! karena sejago-jagonya sales nge-bacot, ngga akan bisa jualan tanpa “senjata” dan “senjata” satu-satunya bagi seorang sales adalah DESIGN! kebayang ngga? ada sales jago banget bacot, product knowledge khatam, rapih, necis, good looking banget, tapi jualannya pake selebaran bikin di word pake comic sans dan gambar item putih nyolong di google yang di transform tanpa shift, so meletat meletot deh tuh gambarnya, gue yakin, se yakin-yakinnya, semua penampilan dia diatas itu ngga bakal ngaruh sama sekali, karena apa? karena orang tuh males interaksi sama sales, orang kebanyakan pengennya “ada brosurnya ga mas? coba saya liat liat dulu”.

So, buat CEO, Head Marketing, atau siapapun elo, kalo masih ngejalanin bisnis yang tujuan utamanya buat bikin semua orang / kalangan beli produk elo, please, jangan remehin orang design, karena lo bukan cuma butuh orang design, tapi lo terikat dengan mereka, tanpa orang design, yang “ngedandanin” material jualan lo, bisnis lo sama aja kayak mahasiswa di lampu merah yang minta sumbangan pake box indomie.

Tagged , , , , , , , , , , ,

the techpocalypse

sometimes i wonder, what if the techpocalypse (not the game) happens soon? what if it really hapens? and we’re forced to live our life just exactly like our ancestors, with bow and arrow and sword and farming and you have to ride a horse to go to indomaret or alfamart and you can see children playing outside, people talk to each other for real, i mean they really talk, yeah, they look into each others eyes and do the…talking…instead of looking down to a bright screen and play with their thumb, well…i think it’s kinda cool, right?

Tagged , , , ,

DALAM SEBUAH DUNIA PALALEL

BAGIAN I

 

dalam sebuah dunia paralel

sebuah keluarga kecil dengan Ayah, Ibu, dan seorang Putra yang masih berumur 14 tahun baru saja pulang dari sebuah pertunjukkan teater, tanpa sebab yang jelas, sang Ayah mengajak putra dan istrinya untuk menelusuri sebuah lorong sempit di antara dua buah gedung. (padahal sang Ayah adalah seorang dokter bedah dan pengusaha yang kaya raya, yang tentunya bisa saja menunggu di lobby teater untuk di jemput oleh sang asisten rumah tangga setia yang bernama Alfred Pennyworth, yang tentunya, kalau itu terjadi semuanya akan berjalan normal normal saja).

Dalam perjalanannya keluarga ini di todong oleh seorang perampok bersenjata api yang meminta uang serta perhiasan, dengan gagah berani sang Ayah maju ke depan melindungi istri dan putranya dan memberikan dompet yang berisi uang kepada si perampok, namun si perampok masih belum merasa puas, dia beralih pandang ke sang istri dan melihat kalung mutiara yang bersinar di leher sang istri lalu menariknya, melihat istrinya dalam keadaan terancam, suami yang gagah berani ini mendorong si perampok, karena merasa kesal si perampok pun menembakan pistolnya dua kali ke arah sang suami dan istri yang menyebabkan mereka berdua mati seketika, melihat kejadian ini anak laki laki yang masih berusia 14 tahun itu hanya sanggup terdiam dalam kagetnya, merasa masih terlalu kecil untuk membela kedua orang tuanya dan karena takut setengah mati, si anak lalu terjatuh lunglai diantara mayat kedua orang tuanya sambil menunduk penuh kesedihan dan penyesalan, sementara si perampok sudah lari dengan membawa serta uang dan kalung mutiara putus yang sebagian dari biji2 mutiaranya berserakan dijalan tercampur oleh darah dari kedua orang tua si anak laki laki.

Waktu pun berlalu, anak laki laki 14 tahun yang telah direnggut masa kecilnya dalam trauma mendalam itu kini telah berubah menjadi seorang pemuda yang tidak biasa, konon setelah kejadian dalam lorong sempit malam itu, si anak laki laki menjadi penyendiri, dan ketika dia sudah menginjak umur 16 tahun dia mulai pergi keliling dunia, mempelajari semua hal dari mulai bela diri hingga ilmu eksakta, pelet, tulah, hingga ilmu hitam dan sihir khas daerah pedalaman Kalimantan sana, setelah ilmunya cukup si anak laki laki merasa harus kembali ke kota kelahirannya, kota yang telah merenggut kebahagiaan masa kecilnya, kota yang telah merubah dirinya dari seorang anak paling bahagia di dunia hingga menjadi anak paling sengsara dunia, dia melihat kotanya kini telah menjadi kota paling korup kedua setelah Indonesia, kota itu dipenuhi oleh orang orang susah yang tidak punya akidah (atau dalam kata lain, “udah miskin, belagu lagi”), orang orang kaya yang kikir, dan orang orang beriman yang riya;, pemuda itu pun prihatin, segera setelah dia kembali ke istana (rumah gedongan) peninggalan ayahnya yang juga dulu tinggali oleh kakek dan buyut dari si pemuda ini, dia menemukan asisten rumah tangga nya masih setia menunggunya, keturunan terakhir dari dinasti konglongmerat yang telah menghidupi si asisten rumah tangga selama hidupnya, disambut si pemuda yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri itu dengan pelukan hangat yang segera di tolak oleh si pemuda sambil berkata

“ngga usah peluk peluk, mas” dengan nada sedikit menyindir

Segera pelukan itu di lepas si asisten rumah tangga dengan sedikit kecewa, sambil menunduk si asisten rumah tangga pun berkata,

“maaf gan, saya khilaf”

Lalu si pemuda hanya diam dan terus berjalan menelusuri rumah yang mungkin sudah terlalu lama dia tinggalkan, semua perabot masih sama peletakannya, foto kedua orang tuanya masih terpampang di dinding diatas TV LED keluaran terbaru dari samsung yang persis sekali seperti di iklan iklan, dalam diamnya pemuda itu duduk, lalu berkata lagi ke si asisten rumah tangga dengan nada pelan dan lirih,

“Alfred…”

“iya gan” sahut si asisten rumah tangga

“tolong…”

“apapun gan, saya mah selalu siap membantu juragan apapun yang juragan minta, juragan tinggal bilang aja gan, juragan mau apa?”

“bikinin es teh manis satu ya pret”

“oh, iy gan, baik”

“pret…”

“kenapa lagi gan?”

“gulanya dikit aja”

—————————————————————————————————————————

Akhirnya si pemuda pun ketiduran setelah menenggak beberapa gelas es teh manis sambil nonton kabar kabari, si asisten rumah tangga hanya menatap si pemuda penuh nafsu, namun dia tidak bisa berbuat apa apa karena dia takut akan kehilangan pekerjaannya. akhirnya si asisten rumah tangga kembali ke dapur dan mulai memasak sayur oyong kesukaan si pemuda untuk makan malam.

Kesokan harinya, si pemuda terbangun dan tersadar bahwa dia sudah tidak lagi berada di ruang TV, tapi sudah di pindahkan ke kamarnya, kamar yang masih sama dengan kamar yang dulu dia tinggalkan, sebuah kamar dengan desain minimalis dengan sedikit coret coretan di dinding dan tempelan poster poster dari band band kesukaan si pemuda semasa kecilnya, seperti backstreet boys, westlife, 911, hanson, bed and breakfast, dan 98 degrees masih terpasang dengan rapih di dinding kamarnya tepat diatas TV LED samsung terbaru yang bisa digunakan juga sebagai internet dan bermain angry birds.

Si pemuda terdiam sejenak, dia lalu segera beranjak untuk mandi.

Setelah selesai mandi si pemuda segera mengenakan pakaian rapi lengkap dengan jas dan sepatu pantopel peninggalan ayahnya, si asisten rumah tangga yang dari tadi sudah mesem mesem karena kagum sekaligus nafsu melihat majikannya berdandan bak supermodel Italia itu terdiam di pintu sambil salah tingkah yang akhirnya membuat si pemuda menjadi geram

“pret, lu kenapa sih?! mesem mesem, bolak balik! pusing gue ngeliat lo!”

“eh…iya…anu…gan…maap…duh…juragan percis dah kayak tuan besar pake pakean begitu, ganteng!”

“ya iyalah percis, gue kan anaknya”

“oh iya ya gan”

“perusahaan bokap sekarang dijalanin sama siapa pret?”

tanya si pemuda yang mulai serius

“ada gan itu temennya tuan besar juga, siapa dah tuh, yang item kayak orang papua?”

“oh, iya iya, yaudah gue mau berangkat pret, panasin mobil gih dah”

“yang mana gan?”

—————————————————————————————————————————

Mobil Ayla G Matic hitam keluaran dari Daihatsu itu melaju kencang di jalan tol, berjalan lurus menuju perusahaan peninggalan si pemuda yang terletak memang agak jauh dari rumah gedongan si pemuda, kira kira butuh waktu sekitar satu setengah jam perjalanan untuk bisa sampai ke kantor peninggalan sang ayah dari rumah gedongan, itupun kalau di tempuh dengan kecepatan yang stabil, kalau macet yah bisa sekitar 2 jam-lah, kalau naik gojek bisa lebih cepat, namun si pemuda kelupaan belum isi paket internet dan wifi dirumahnya udah 2 bulan ngga di bayar oleh si asisten rumah tangga.

Setelah sampai di kantor peninggalan ayahnya, si pemuda langsung naik ke lantai paling atas menuju ruang meeting, kebetulan semua jajaran direksi memang sedang mengadakan meeting mingguan untuk membicarakan segala aspek dan urusan tentang perusahaan, si pemuda menunggu dengan santai di luar ruang meeting sambil main candy crush, setelah cukup lama akhirnya meeting selesai dan pintu pun di buka, betapa kagetnya pemimpin rapat-yang mukanya persis kayak orang papua-ketika di balik pintu yang terbuka berdiri seorang pemuda yang dia sangat kenal baik ayahnya, sambil terkaget orang yang mukanya kayak orang papua itu pun memanggil si pemuda dengan nada kaget

“tuan Wen?”

“Luserius…” dijawab oleh si pemuda dengan sedikit menganggukan kepalanya penuh wibawa khas gayanya konglongmerat

“bernakah ini Anda tuan Wen? anda kembali?”

“ya, Luserius, saya akan kembali mengurus perusahaan ini, sesuai dengan wasiat nya Bapak dulu”

“baiklah kalau begitu tuan Wen, saya akan memberitahukan kepada semua jajaran direksi.

Saudara saudara sekalian, saya ingin mengumkan bahwa mulai hari ini, perusahaan ini PT. Cakrawala Megah Sejahtera atau Wen Korporat, akan kembali ditangani langsung oleh putra satu satunya dari pemilik perusahaan yaitu almarhum dokter Tomas Wen, Franky Wen, selamat datang kembali Pak Wen, selamat datang kembali”

dan semua jajaran direksi pun bersorak gembira dan bertepuk tangan menyambut kembalinya sang pemegang tahta.

Singkat cerita, Franky kembali menata hidupnya, dia mulai ikhlas dengan dan mulai memaafkan dan menerima masa lalunya, Franky rajin solat di masjid ataupun mushola bahkan dia sendiri tergabung menjadi salah satu jajaran pengurus masjid yang terdapat di kompleknya, Franky pun memecat Alfred Pennyworth setelah Franky melihat langsung si asisten rumah tangga itu memliki banyak sekali foto foto dirinya di kamar tidurnya dan serta Alfred menyimpan celana dalam milik Franky di bawah bantalnya, Franky segera memecat Alfred dan memulangkannya ke kampung halamannya di Tasikmalaya. Demi penghematan dan keamanan Franky kini mencari asisten rumah tangga yang perempuan saja dan tidak menginap, diusahakan umurnya agak tua karena khawatir kalau mengambil pembantu yang masih muda, selain malas, kerjanya kadang kadang suka ngga beres, dan sudah pasti hobinya telpon-telponan dan bakalan sering minta libur, udah gitu pasti minta gaji gede deh, bete banget kan.

Semua berjalan lancar hingga pada suatu hari, Franky bertemu dengan sorang wanita sholehah yang bernama Mariana, dalam sebuah acara pengajian, Franky langsung jatuh hati dengan Mariana dan ternyata Mariana pun merasakan hal yang sama, tidak butuh waktu lama bagi Franky untuk menemui orang tua Mariana dan segera menikahinya, pernikahan berlangsung sederhana meskipun di hadiri oleh beberapa pejabat penting.

Setelah menikah dan berbulan madu di tanah suci, Franky dan Mariana pun memutuskan untuk tinggal di New York, Amerika Serikat, selain Mariana juga harus melanjutkan sekolahnya di sana, Franky pun kebetulan sudah merger dengan perusahaan di New York dan berencana akan memimpin perusahaan tersebut. Pernikahan Franky dan Mariana begitu hangat dan bahagia, mereka di karuniai dua orang anak.

Setelah perjalanan dinas ke Cina, Franky, istrinya, dan kedua anaknya berkunjung ke Taman Sentral di kota New York untuk piknik sore disana, namun tiba tiba Franky menyaksikan sesuatu yang diluar dugaan, mereka sekeluarga menyaksikan segerombolan mafia yang sedang mengeksekusi seseorang dengan cara di gantung diatas pohon, belum sempat Franky membawa keluarganya untuk pergi, gerombolan mafia tersebut sudah terlanjur melihat Franky dan keluarganya, tanpa belas kasihan, gerombolan mafia tersebut menghabisi Franky dan keluarganya di tempat, namun ternyata Franky selamat dan beruntungnya, Franky dapat mengingat dengan jelas semua wajah gerombolan mafia yang telah merenggut nyawa keluarganya dengan sadis, mencari keadilan Franky melapor kepada petinggi polisi kenalannya, namun apa boleh dikata, salah satu dari gerombolan mafia yang membunuh keluarga Franky adalah juga ternyata anak kandung dari saingan bisnis Wen Korporat, yaitu keluarga Costa, yang ternyata adalah teman dekat dari pejabat polisi kota New York, merasa tidak mendapat keadilan, Franky mengumpulkan semua dana yang dia punya, yang jumlahnya sangat fantastis, dan berkat bantuan dan kejeniusan dari Luserius, Franky mendapatkan kesempatan untuk membalas dendam atas kematian keluarganya, dengan tekad dan amarah serta kesedihan di hatinya, Franky kembali kota asalnya, kota Goban, di ruang bawah tanah yang di bangun leluhurnya dulu Franky membangun sebuah markas, yang di penuhi oleh peralatan canggih dan alat alat perang modern, tentu saja untuk membeli alat alat perang modern dan peralatan canggih bukan hal sulit bagi Franky karena dengan kekayaannya yang berlimpah limpah semua hal tentunya menjadi mudah, Luserius menyarankan kepada Franky untuk menyamar dan menggunakan alias dalam aksi balas dendamnya, karena demi menjaga nama baiknya dan menjaga nama baik keluarganya maka Franky menyetujui hal tersebut.

Franky mulai memikirkan alias apakah yang akan di gunakan dalam aksi balas dendamnya, dalam perenungannya Franky juga mendapatkan pencerahan bahwa dia harus membuat baju khusus untuk aksi balas dendamnya tersebut, karena tidak mungkin dia hanya menggunakan kaos oblong jika ingin menghabisi segerombolan mafia sebesar keluarga Costa.

Tiba tiba, dalam perenungannya, Franky mendengar sebuah suara kepak sayap dari luar rumah, penasaran Franky mendatangi sumber suara, ditemukannya seekor kelelawar yang terbang berkeliling di langit terasnya, kelelawar itu menyerangnya dan memecahkan kaca jendela lalu terbang menjauh.

Franky menatap kelangit gelap, lalu senyuman tersumbing di wajahnya.

 

BAGIAN II

 

Tiba tiba, dalam perenungannya, Franky mendengar sebuah suara kepak sayap dari luar rumah, penasaran Franky mendatangi sumber suara, ditemukannya seekor kelelawar yang terbang berkeliling di langit terasnya, kelelawar itu menyerangnya dan memecahkan kaca jendela lalu terbang menjauh.

Franky menatap kelangit gelap, lalu senyuman tersumbing di wajahnya.

 

Hari ini Franky Wen kesiangan, sudah tiga minggu Franky tidak datang ke kantornya, memang, siapa yang tidak terpukul melihat keluarga sendiri di bantai dengan sadis di depan mata, Franky tidak kuasa menahan sedihnya setiap kali dia mengingat ingat kejadian ditaman itu, Wen Korporat yang kini diurus oleh Luserius sudah semakin hebat, sahamnya naik tajam, dan pendapatan perusahaan pun semakin meninggi, namun apalah arti harta yang berlimpah tanpa keluarga untuk berbagi.

Seketika dalam lamunannya Franky teringat akan pamannya yang bernama Benyamin Parkel, Benyamin Parkel dan istrinya yang bernama Mayesaroh sudah menikah puluhan tahun dan belum juga di karuniai anak hingga sekarang, mereka sempat datang jauh jauh dari Manhattan untuk menghadiri pemakaman istri dan anak-anaknya Franky, namun karena memang Franky yang kurang dekat dengan saudara saudaranya, makanya Franky menyuruh Paman dan Bibinya itu pulang lagi ke Manhattan, namun sekarang Franky sadar bahwa dia tidak bisa sendirian dan meratap terus menerus, dia memutuskan untuk (sekali lagi) meninggalkan rumah gedongan milik keluarganya itu, kali ini Franky meminta Luserius dan keluarganya untuk tinggal di rumah gedongan supaya rumah tersebut tetap terjaga dan tidak menjadi rumah angker, karena Franky belum tahu dia akan pergi untuk berapa lama.

Manhattan.

Franky tiba di Manhattan subuh-subuh, dia sudah memegang alamat lengkap tempat tinggal Paman dan Bibinya, namun dia tidak ingin menjadi Franky yang mereka kenal, maka Franky memutuskan untuk menyamar menjadi orang lain, Franky ingat bahwa Pamannya memiliki seorang keponakan yang bernama Peter Parkel, Peter sudah lama sekali menghilang, paling tidak itu yang di ketahui oleh orang-orang termasuk Paman dan Bibi Franky, namun Franky tahu bahwa Peter sebenarnya masih hidup dan bergabung dengan kelompok teroris yang bermarkas di Timur Tengah, Franky pernah beberapa kali menyusup ke dalam markas teroris tersebut untuk membujuk Peter pulang kerumah, namun Peter menolak dengan alasan bahwa dia dibayar sangat mahal oleh ketua teroris yang belakangan di ketahui adalah juga seorang pejabat penting di pemerintahan Amerika Serikat, Franky pun menyerah membujuk sepupunya.

Sadar bahwa Paman dan Bibinya sangat mencintai sepupunya yang bernama Peter tersebut, maka dengan sigap Franky menyamar menjadi Peter, dengan bantuan Luserius, (yang heran karena kok tiba-tiba Franky malah pergi ke Manhattan, padahal udah bikin markas dan udah beli segala peralatan canggih dan persenjataan modern untuk balas dendam, mubazir sekali) Franky mendapatkan identitas baru serta sebuah skenario yang bagus untuk diceritakan kepada Paman dan Bibinya sebagai jawaban atas kembalinya Peter selama 2 setengah tahun menghilang.

Singkat cerita, Franky (atau yang sekarang dipanggil Peter) berhasil mengelabuhi Paman dan Bibinya, tidak perlu banyak banyak operasi untuk membuat wajahnya mirip dengan Peter karena memang mereka sudah sangat mirip sedari kecil. Franky pun menempati kamar milik Peter, kini dia merasa tenang, dia tidak merasa sendiri lagi.

Kebohongan Franky tidak hanya untuk mengelabuhi Paman dan Bibinya, namun juga ternyata untuk mengelabuhi seluruh dunia, karena kini Franky pun mulai bekerja di tempat Peter dulu pernah bekerja yaitu di sebuah surat kabar sebagai fotografer lepas dan menjalani sebagian harinya untuk melanjutkan kuliah jurusan sains di sebuah universitas swasta yang terkenal, benar benar kebohongan (penyamaran) yang sangat rapih.

Peter Parkel terkenal sebagai mahasiswa yang pintar, yang dapat menjawab segala pertanyaan dari dosen, bahkan dalam beberapa mata kuliah Peter berhasil mengajari seorang dosen tentang teori dan rumus baru, itu sebabnya Peter di cuci otaknya oleh teroris dan di pekerjakan di salah satu markas teroris di Timur Tengah sebagai pembuat bom dan senjata kimia mematikan, disinilah kesulitan yang di alami Franky, biar semirip apapun Franky dengan Peter, tetap saja kepintaran mereka jauh berbeda, Franky cukup pintar, namun untuk menciptakan rumus dan teori baru, itu hal yang mustahil bagi Franky, namun satu hal tentang Franky adalah, dia pandai berakting, Franky mengatakan kepada orang orang bahwa selama ini dia (Peter Parkel) diculik oleh organisasi ekstrimis dan sering disiksa sehingga menyebabkan kepintarannya menurun, itu juga menyebabkan trauma mendalam pada dirinya sehingga dia agak lebih pendiam, tentu saja cerita itu dipercaya oleh orang orang dan mereka pun mulai simpati kepadanya, sehingga banyak dosen yang memaklumi jikalau nilai-nilai kuliah Peter (Franky) menurun drastis, hanya satu dosen yang kayaknya resek, yaitu dosen yang bernama Kurt Connor, dosen ini tidak terlalu percaya kalau kepintaran Peter (Franky) menurun, itu sebabnya Kurt menyuruh Peter (Franky) untuk PKL ke sebuah perusahaan sains yang cukup tersohor bernama STARK INDUSTRIES.

Pemilik dari Stark Idustries, Tono Stark, adalah teman baik Franky, karena Kurt terus memaksa Franky (Peter) untuk PKL di perusahaan itu maka mau tidak mau Franky pun membuat sebuah CV dan surat lamaran yang ditujukan ke Stark Industries, dengan Riwayat pendidikan dan prestasi yang dimiliki Peter Parkel, tentu saja dengan sangat mudah Franky bisa dipanggil untuk segera PKL di Stark Industries, untung saja hari pertama bekerja Peter tidak bertemu dengan kawannya, Tono Stark, kebetulan Franky (Peter) saat itu PKL untuk menjadi asisten dari seorang ilmuwan yang sedang meneliti tentang efek sinar gamma untuk dimanfaatkan sebagai energi baru yang nantinya dapat di konsumsi oleh publik dan menjadi pengganti energi seperti gas dan minyak bumi, penelitian tersebut berada jauh dari kantor pusat Stark Industries, sehingga kemungkinan Franky (Peter) untuk dapat bertemu dengan Tono Stark sangatlah kecil.

Menjadi anak PKL memang lah tidak mudah, Franky yang sedang menyamar menjadi Peter harus kuat kuat batin menghadapi ilmuwan ilmuwan senior di kantornya yang kadang kadang suka resek, boro boro mau memberikan ilmu nya untuk keperluan Franky (Peter) membuat laporan PKL justru sering kali Franky tidak diberikan pekerjaan selain memfotokopi, beli nasi padang untuk ilmuwan ilmuwan senior di ruangannya atau di suruh mengerjakan PR anak dari supervisornya yang baru saja masuk kelas 1 SD, malang sekali nasib Franky, entah apa yang dia pikirkan sampai dia melakukan semua ini, padahal dia sudah memiliki segalanya, dan dia sudah membeli segala keperluan untuk membalas dendam kepada keluarga mafia Costa, Franky pun terbengong, dalam ke-bengongannya tersebut Franky (Peter) tanpa sengaja menumpahkan segelas penuh cairan mutasi genetika yang di peruntukkan bagi percobaan terhadap simpanse ke seekor laba laba merah, panik, Franky (Peter) buru buru mencari kain pel di pantry, namun ketika dia kembali dia sudah tidak menemukan laba laba yang tertumpahan cairan tadi dan lantainya pun sudah kering dan hanya terdapat sedikit bekas tumpahan cairan mutasi genetika, Franky (Peter) pun kembali ke pantry untuk mengembalikan kain pel, namun dalam perjalanannya ke pantry Franky (Peter) di gigit oleh seekor laba laba berwarna merah, Franky (Peter) berteriak kesakitan, selang beberapa detik saja kepalanya langsung pusing, matanya berkunang-berkunang, dan dia merasakan sakit tak tertahankan pada bagian leher (bagian yang terkena gigitan) dan sekujur tubuhnya menjadi kaku, tidak kuat menahan sakit Franky (Peter) pun terjatuh dan pingsan.

 

BAGIAN III (TELAKHIR)

 

…Franky (Peter) di gigit oleh seekor laba laba berwarna merah, Franky (Peter) berteriak kesakitan, selang beberapa detik saja kepalanya langsung pusing, matanya berkunang-berkunang, dan dia merasakan sakit tak tertahankan pada bagian leher (bagian yang terkena gigitan) dan sekujur tubuhnya menjadi kaku, tidak kuat menahan sakit Franky (Peter) pun terjatuh dan pingsan…

 

Siang itu Tasikmalaya terasa sangat panas. Alfred Pennyworth, setelah beberapa tahun di pecat dari pekerjaannya sebagai asisten rumah tangga di kediaman keluarga Wen, ia kembali ke kota ini dan tinggal dirumah gubuk tepi sawah peninggalan orang tuanya dulu, Alfred tidak pernah menyangka kesetiannya yang begitu kuat terhadap keluarga Wen kandas begitu saja di tengah jalan, pemecatan tanpa hormat dari anak majikannya membuat Alfred begitu kecewa hingga membuatnya sering melamun, siapa yang hendak dia curahkan kasih sayang kini? buah dari pengabdiannya kepada keluarga Wen membuat Alfred kehilangan kesempatan untuk menikah, bahkan dia tidak memiliki kesempatan sedikitpun untuk melakukan pendekatan terhadap wanita, semua waktunya di gunakan untuk membantu Franky Wen sembuh dari trauma masa kecil yang sudah direnggut oleh perampok berpistol, namun sebagian dari dirinya memang patut disalahkan, karena kecintaannya terhadap tuan mudanya tersebut, Alfred jadi terobsesi untuk memiliki, dia tidak akan memaksakan perasaan hinanya itu kepada tuan besarnya hanya karena dia tahu bahwa tuan besarnya adalah laki laki normal dan terhormat, namun begitulah cinta, deritanya tiada akan pernah berakhir (Ti Pat Kai-RED).

Kini dalam penyesalannya Alfred hanya mengandalkan dirinya sendiri, berjualan beras di sebuah warung dekat rumah demi pemasukan dan kelangsungan hidup sehari hari, yang penting halal, begitu pikirnya, dia juga sudah mulai mau mencoba untuk tobat, tidak secara langsung, dia pikir, dia butuh proses, tapi paling tidak sekarang sudah menjadi candu baginya setiap pagi harus menonton acara dakwah yang di siarkan di stasiun tv swasta murahan dan di pandu oleh lelaki yang ke perempuan perepuanan yang dengan beraninya memanggil diri sendiri “ustad”, bernama maungana, itu tuh, yang suka ngomong “jamaah…oh jamaah”. Alfred seperti menemukan kawan “sejenis” dalam diri “ustad” tersebut, makanya, Alfred sangat gemar dan candu sekali menyaksikan “ustad” tersebut di televisi, bahkan Alfred sudah menempel poster dari si “ustad” di kamar tidurnya, tentunya menjadi hal yang sangat aneh kan, tapi paling tidak, Alfred berusaha buat tobat, atau enggak yah? entahlah hanya Alfred dan Tuhan yang tahu, pokoknya sekarang hidupnya sudah lebih tenang deh di Tasikmalaya, biar pada tahu aja sih.

Sementara itu di Manhattan.

Di sebuah rumah sederhana di kawasan perumahan cluster khas bergaya Amerika, Paman Ben dan Bibi May mulai resah, Franky yang sedang menyamar menjadi Peter Parkel telah disengat oleh seekor laba laba merah yang telah tersiram atau bahasa kerennya mah terinfeksi serum mutasi genetika, memang orang yang mengantar Franky (Peter) yang belakangan diketahui adalah satpam dari STARK INDUSTRIES tidak tahu menahu mengenai virus ataupun laba-laba yang terinfeksi, pokoknya si satpam dapat perintah dari supervisornya Franky (Peter) bahwa dia harus segera mengantar salah satu pegawai yang pingsan di depan kamar mandi wanita dekat pantry dengan membawa sebuah alat pel, ketika supervisornya Franky (Peter) diberitahu tentang itu bukannya membela, si supervisor malahan menuduh Franky ingin menyamar menjadi OB dan pura pura membersihkan kamar mandi wanita supaya bisa mengintip wakil direktur Pepper Pot yang kebetulan saat itu sedang berkunjung ke divisi sains STARK INDUSTRIES untuk kepentingan rapat direksi, yang seharusnya dihadiri oleh Tono Stark sebagai pemilik perusahaan.

Paman Ben dan Bibi May yang tidak tahu menahu keadaan Peter (Franky) yang sebenernya (disangkain mati), Segera mengambil Kitab Suci dan membacakan nya di dekat Franky (Peter), dengan penuh khusyuk dan kesedihan, mereka berdua beriringan bak paduan suara membaca Kitab Suci dengan fasihnya, sambil berurai air mata, bagaimana tidak, mereka berdua telah kehilangan Peter Parkel selama 2 setengah tahun, tanpa kabar yang jelas, namun tiba-tiba Peter Parkel kembali dengan keadaan sehat walafiat ke hadapan mereka, senangnya bukan kepalang hati kedua pasangan yang belum di karuniai anak hingga usia tuanya ini, walaupun sebenarnya Peter Parkel yang ada dihadapan mereka sebenarnya adalah Franky Wen yang sedang menyamar, namun mereka belum mencurigai apapun, apalagi sekarang Peter Parkel (Franky Wen) sedang terbaring entah hidup entah mati di hadapan mereka, tentu saja hal ini membuat hati mereka kembali hancur, secara mereka sudah menganggap Peter Parkel seperti anak mereka sendiri.

Setelah selesai membaca Kitab Suci Paman Ben dan Bibi May tertunduk lemas di sofa, dan saat itu Peter (Franky) perlahan terbangun, dia membuka matanya dan mulai menggerakkan jari jemarinya, lalu segera duduk dan terheran heran, Paman Ben yang melihat kejadian menakjubkan itu langsung tenggelam dalam ledakan tangis dan segera memeluk Peter (Franky), Bibi May pun tak kalah histerisnya dengan langsung loncat dan memeluk mereka berdua sekaligus, suasana haru mememnuhi ruangan diiringi dengan alunan lagu

“Alhamdulillah, Wa Syukurillah, Bersyukur Pada Mu Ya Allah.

Kau jadikan kami saudara, indahnya lah kebersamaan”

Dari penyanyi Opick yang sempat ngehits dan sekarang namanya tenggelam bersama dengan munculnya band band lipsync khas Dahsyat dan Inbox yang sepertinya kurang punya kualitas jika dibandingkan dengan musisi seperti Padi, Dewa 19, Kla Project, Protonema, ataupun Ada Band (saat vokalisnya masih Baim).

Franky (Peter) yang terheran heran dengan tingkah Paman dan Bibinya tidak berusaha melepas pelukan kuat itu, di dalam hatinya Franky merasa, inilah yang dia perlukan, pelukan hangat dan tulus dari orang orang yang mencintainya, pelukan hangat layaknya pelukan kasih sayang kedua orang tua yang sudah lama tidak ia rasakan.

Masih di Manhattan.

Sudah dua minggu Franky (Peter) beristirahat dirumah, beberapa teman-teman kuliah Peter hanya menyampaikan “GWS” lewat Facebook ataupun Grup WA, karena selain mereka tidak terlalu akrab dengan Peter (Franky), mereka juga tidak tahu dimana Peter (Franky) tinggal, dan jelas sekali mereka enggan untuk bertanya, padahal kalau mereka mau tahu mereka tinggal minta Franky (Peter) untuk “share location” di grup WA-nya saja, kan?. Teman-teman kantornya pun tidak kalah “perhatian”, setelah supervisornya menelpon untuk menanyakan alasan sebenarnya Peter (Franky) pingsan di depan toilet wanita sambil memegang gagang pel, tidak ada lagi orang orang di kantornya yang menelpon atau sekedar mengucapkan “GWS” di FB, namun itu tentu saja tidak jadi soal buat Franky, karena memang dari kecil dia sudah biasa sendirian.

Pagi ini adalah hari ke 15 Franky (Peter) tidak masuk kerja, dengan kepala yang sedikit masih pusing setelah semalaman begadang nonton rekaman lengkanp acara Akademi Dangdut Indosiar di youtube, Franky turun dari kamarnya dengan sedikit terhuyung, berusaha mencari makanan di meja makan, namun tidak ada sedikitpun makanan yang dia temui, hanya ada secarik kertas diatas meja makan bertuliskan,

“Ter, Paman sama Bibi ada reuni sekolah temen temennya Paman dulu, kalo mau makan hutang dulu aja di warteg kharisma depan gang yah, nanti bilang aja sama mbak warteg nya masukin bon nya Pak Benyamin, gitu, Paman kamu udah 6.000.000 utangnya di warteg itu belom dibayar bayar, tuh, abis kata mbak nya ngga papa ngutang aja sampe banyak, gitu, baek banget yah mbak nya?”

Franky terharu membaca pesan tersebut, betapa susahnya kehidupan Paman dan Bibinya ini, ngutang di warteg sampai 6.000.000 segala, dengan inisiatif kuat, Franky langsung mengganti pakaiannya, menyudahi penyamarannya dan segera bergegas pergi, namun ketika sampai di depan pintu, ternyata ada tamu, dua orang pria berperawakan besar seperti satpam dan seorang lagi pria necis parlente dengan pakaian yang sangat mecing menggunakan kaca mata hitam, Franky tahu, orang itu adalah Tono Stark, namun Tono tidak tahu kalau yang di hadapannya itu adalah pemilik perusahaan besar Wen Korporat yang terkenal, dengan tebakan jitu Tono Stark langsung berkata,

“kamu pasti Peter Palker, kan?”

“iya, betul, anda ini siapa?” jawab Franky, berlagak tidak tahu

“gini, mas, saya denger dari si supervisor emas, katanya mas ini digigit laba-laba merah yang udah kesiram serum mutasi genetika yah kemarin?” tanya Tono dengan nada lembut

“iya, Pak, bener, terus kenapa?” jawab Franky

“hmm, mas sekarang ngerasa nya gimana? ngerasa kayak punya kekuatan laba-laba gitu ngga? bisa nempel di tembok gitu ngga?” tanya Tono Stark

“….ngga sih ya, kayaknya mah, malah saya pusing pusing nih Pak, boro boro dapet kekuatan laba-laba, malahan saya mah jadi lemes, ini baru kuat bangun nih, udah dua minggu lebih sehari tepar di tempat tidur” jawab Franky dengan jujur

“lah, aneh ya? berarti serumnya gagal itu kali ya?”

“lah, mana saya tahu pak, saya kan disana cuma motokopi doang, boro boro diikutin ke penelitian pak, asal bapak tahu aja nih yak” jawab Franky setengah kesal

“iya…iya…udah…jangan nangis yah, sabar aja” jawab Tono menenangkan dengan nada malas yang sarkastik.

Tanpa mempersilahkan Tono Stark masuk ke dalam rumah Paman dan Bibinya, Peter terus menanggapi pertanyaan-pertanyaan aneh seputar kekuatan laba-laba, jaring-jaring, melompat berayun,

terkurung terpenjara dalam gua

Di gunung tinggi sunyi tempat hukuman para dewa
Bertindak sesuka hati loncat ke sana ke sini
Hiraukan semua masalah di muka bumi ini
Dengan sehelai bulu dan rambut dari tubuhnya dia merubah menerpa menerjang segala apa yang ada
Walau halangan rintangan masih saja membentang tak jadi masalah dan takkan jadi beban pikiran
Berkelana stiap hari demi mendapat kitab suci dengan dukungan dari gurunya,
temukan jati diri, semua kan dihadapi
Dengan gagah berani walau aral rintangan setiap saat datang terpenuhi..

“WOI!…kok lu malah nyanyi deh? enak si lagunya, cuma gue ngga punya banyak waktu nih, gue mau bayar utang ke warteg, sekalian makan gue laper” hardik Franky (Peter) kepada Tono Stark yang entah tujuannya apa kok tiba tiba nge-rap lagunya serial kera sakti yang sempat populer tahun 2000-an dulu.

Tono Stark pun segera diam dan menunduk. Franky bergegas keluar dari teras rumah dan berjalan ke warteg dan sekitar 3 meter-an dari rumah, Tono Stark pun berteriak

“Hati hati yah!” teriaknya

Franky hanya terdiam dan terus berjalan

“FRANKY WEN!”

Franky Wen, begitu dia bilang, dan seketika itu pun Franky berdiri membeku, terhenti dari langkahnya menuju warteg, rasa lapar yang dia rasakan pun berganti menjadi perasaan mau berak dan seketika itu juga dia menoleh dengan perlahan, sangat perlahan, persis seperti menolehnya aktor aktor laga sekelas Barry Prima dan Advent Bangun.

“Tono…”

“Frank, kayaknya lu anggap gue ini bodoh yah?”

“Ton…”

“Lu kira gue ini bodoh? karena ngga tau penyamran lu? kalo Paman sama Bibi lu sih bisa lu bohongin, tapi gue?”

“TON!” hardik Franky

“Apaan sih?” Tanya Tono penasaran

“Tolong lemparin kunci rumah Paman gue dah, tuh masih nempel di pintu”

Tono pun melemparkan kunci rumah Paman Ben ke arah Franky, tanpa peduli penyamarannya telah terungkap Franky berjalan santai menuju Warteg Kharisma untuk makan dan bayar hutang, sementara Tono hanya bisa diam terpaku di halaman rumah Paman Ben, Tono pikir dengan mengungkap penyamaran Franky akan terjadi sesuatu yang dramatis entah itu pertarungan atau sekedar adu bacot, namun rasanya memang Franky bukan orang yang dramatis, sehingga dia hanya menoleh sebentar lalu malah minta diambilkan kunci rumah, Tono pun segera masuk ke mobilnya dan kembali ke kantor.

TAMAT.

 

PS : Kalo kalian sempet mampir ke warteg Khrisma, jangan lupa beli gorengan, bakwannya enak :p

Tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,