Monthly Archives: November 2023

Hewan Apa Yang Lapar?

Beberapa hari yang lalu, gue melontarkan sebuah tebak-tebakan ke beberapa orang, termasuk istri dan kedua anak gue, begini tebak-tebakannya:

“Hewan, hewan apa yang laper?”

Uniknya,

Dari ke-3 orang rekan di kantor dan istri gue yang berkisar antara umur 20-30-an tahun rata-rata bingung dengan pertanyaan ini, bahkan rekan gue dikantor sampai berkata

“Wah, ini pasti jebakan nih?”

Sementara ketika gue lontarkan tebakan ini ke anak-anak gue yang berumur 9 dan 5 tahun mereka dengan semangat menjawab secara random

Anak 9 tahun : RUSA!!!

Anak 5 tahun : IKAN!!!

Anak gue yang umur 9 tahun memang sempat bingung dan agak berfikir sebelum menjawab itu.

Dan kalian tahu?

Jawaban anak-anak gue itu : BENAR!

Toh pada dasarnya, semua hewan pasti lapar kan?

Ini seperti sebuah studi psikologi, dimana gue membuktikan bahwa semakin tua, kita (termasuk gue), cara berfikirnya semakin rumit.

Kalau menilik dari ilmu semiotika, keempat orang dewasa yang gue berikan pertanyaan itu (istri gue dan 3 orang rekan sekerja gue) berusaha menjawab pertanyaan yang gue lontarkan dengan berfikir keras, sampai akhirnya menyerah, kenapa? Karena pertanyaan yang gue lontarkan itu, anggaplah sebagai penanda dimana berdasarkan pengalaman, pemahaman, dan kebiasaan budaya yang ada di masyarakat sekitar dari ke-3 orang rekan kerja dan istri gue tumbuh dan berkembang, biasanya adalah pertanyaan yang jawabannya adalah jawaban konyol atau lucu yang mungkin tidak terpikirkan, jawaban seperti model plesetan khas tongkrongan atau pelawak-pelawak yang sering tampil di TV. Itu sebabnya, ke-4 orang yang gue berikan pertanyaan itu ngga kepikiran ngejawab pertanyaan itu dengan jawaban faktual, yang bukan cuma masuk akal, namun dirasa ngga ada lucu-lucunya sama sekali.

Begitulah, terkadang jawaban dari sebuah pertanyaan itu sederhana, sederhana sekali, hanya memang, kebanyakan orang (terutama orang dewasa) terbiasa berfikir di luar jangkauan, di luar kotak, mencari sesuatu yang sebenarnya ada loh terang-terangan di depan mata. Beda dengan anak-anak yang cara berfikirnya masih sangat sederhana sekali dan tanpa beban.

Jadi, apakah kamu menangkap leluconnya?